RSS
IconIconIconIconFollow Me on Pinterest

Red Rose (Chapter 15)



Tubuhku mematung tidak berkutik. Secara perlahan kuku-kuku panjang nan runcingku tidak terlihat lagi.

apa dia yang melakukannya?’

“kris, hentikan. Aku tidak bisa bergerak”

Sosok namja yang ku panggil berjalan mendekat dan menatap ku sebentar. Ah, tidak. Bukan hanya sebentar, cukup lama dia memandang ku hingga akhirnya dia mengeluarkan suara dari bibirnya.

“jangan sentuh wanita ku sica”
“apa?”
“wanita ku”
“DIAM LAH KRIS!”
“ini akan sia-sia”
“sia-sia? TIDAK! Aku belum mencobanya. kenapa harus sia-sia?”
“pilihan ku tetap sama”
“aku tidak minta jawaban mu sekarang, kris”
“tidak sekarang, besok maupun kedepannya nanti. Jawaban ku tetap sama. berhentilah, jangan seperti ini. sica”
“kris”

Tiba-tiba tubuhku terjatuh kelantai, mataku sedikit mengkabur akibat cairan bening yang lolos begitu saja dari kedua pelupuk mataku.

“kris” lirih ku melihatnya pergi dengan wanita itu di sampingnya.

‘Tidak, tidak, tidak. Aku belum mencobanya. SUMPAH KU akan terjalankan sekarang. Mengapa kau menghentikan ku kris?’

Aku coba bangkit dan berlari. Ku cari sosok namja itu kembali, terlihat sunyi di rumah saat ku keluar dari ruang suci tersebut.

‘aneh?’

“lian”

Panggil ku saat melihat sosok wanita lewat begitu saja. Dia menoleh dan tidak mengeluarkan sepatah kata dari bibirnya.

“hey lian, kenapa rumah menjadi sunyi?”

Dia masih terdiam

lian, kau kenapa? Neo gwechana?”
“semuanya tengah ritual di luar. Karena malam ini adalah malam purnama”
“purnama?”
“ne, aku duluan ya. Tao oppa menunggu ku”

Ku coba berjalan mendekati jendela, terlihat di luar rumah sangat ramai dengan wajah yang sangat familiar untuk ku kenali semuanya. Mereka membentuk lingkaran-lingkaran besar dan kecil sambil bergandengan tangan mengelilingi sebuah api unggun yang sangat besar.

Ku amati kegiatan mereka yang terus berputar kemudian beberapa saat mereka berhenti dan membungkuk. Hingga selanjutnya seperti itu sampai api tersebut padam. Tapi ada yang aneh dari pandangan ku.

‘dimana dia?’

Ku amati satu persatu wajah mereka, tapi yang ku cari tidak terlihat. Apa dia tidak mengikuti acara ini. kaki-kaki ku mulai melangkah pada sebuah ruangan yang sudah lama tidak ku masuki. Dengan berani ku masuki ruangan ini tanpa takut. Terasa angin sepoi-sepoi yang masuk melalui jendela.

DEG’

Darah ku berdesir hebat saat mendengar sebuah suara dan aroma memikat.

‘darah?’

Tapi suara apa itu? kenapa ada aroma darah di ruangan ini?. kaki-kakiku memasuki ruangan ini lebih dalam. Aku sangat penasaran apa yang tengah terjadi, jika insting ku benar. Sosok yang ku cari ada dalam ruangan ini.

Tapi..

Bersama…

“linka?” gumamku pelan.

Apa seharusnya reaksi ku sekarang? . senang? Sedih? Marah? Acuh? atau apa?. aku bingung, tapi yang pastinya hati ku sakit. Sangat sakit, terasa seperti di jepit dan di timpa ribuan ton benda berat. Suara ku tercekat. Rasanya sulit bagiku untuk bernafas sekarang. Seketika kedua lututku lemas melihat pemandangan yang tidak ingin ku lihat.

“kris?”

‘wae?’
 
Tobe continue

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar