Aku
tidak bisa melakukan hal seperti itu. yang kulakukan adalah menari. liukan
badan terlihat jelas dalam cermin dihadapan ku. terdengar berkali-kali music
yang berdetum begitu kerasnya.
Dan Ku terus meliukkan badan tanpa henti, sudah
tak terhitung lagi sudah berapa kali tarian ini ku mainkan. Tapi ku tak
menghiraukannya.
Seseorang
yang tak bisa ku lewatkan akan kehadirannya. Seseorang yang tidak bisa ku
abaikan begitu saja. Seseorang yang menjadi kewajaibanku untuk melayaninya. Seseorang
itu adalah dia yang selalu menjadi pertama dalam segalahal, pertama dalam ku melihat, berucap dan dalam
ku berpaling.
Sekarang….
Aku tidak ingat, bagaimana ini?
sungguh, Aku tak ingat akan sinar matanya yang memandangku.Juga pelukannya yang lembut dan hangat
“kenapa?” ucapku melihat foto dua orang yang begitu familiar untuk kulihat. Dua orang yang tengah tersenyum bahagia.
Bisakah ku memutar jam untuk kembali. Rasanya itu begitu menyenangkan yang terus membuat ku tertawa dan tersenyum.
Ku coba berjalan kearah jendela ruangan ini. ku sentuh lembut jendela ini, entahlah sejak kapan cairan ini turun begitu saja. Kedua mata ku terasa basah.Sejak kapan kita tak saling mengenal
bahkan tak mau saling mengerti.
“salahkah aku?” ucapku kembali.
Ku
tekan beberapa dijit nomer di handphone dan menekan tombol hijau. Ku pandangi
jam dinding yang berada tepat dihadapanku. ‘akan kah ku diabaikan? Atau menjadi
terpenting untuknya?’. Dan kenyataanya dari setiap pertanyaan ku.
TUT..TUT..TUT..TUT.. *nomer yang anda tuju sedang sibuk.. mohon tinggalkan pesan setelah nada berikut…*
Aku diabaikan.
Penampilan
kita yang berubah menjadi sangat ‘dingin’.Bahkan membuat kita tak bisa
bersentuhan tangan. Apa menyebabkan kau seperti ini? adakah yang lebih dari ku
yang diluar sana. Dalam rasa ketidak perdulian yang melelahkan. Aku tak bisa
berbuat apa-apa dan menjadi lebih membenci diriku.
#flash back#
Ku
belai lembut rambutnya, dia sungguh manja akan kehadiran ku. dengan wajah yang
begitu hangat dia tertidur di kakiku. Tak henti-hentinya lengkungan di wajah kebahagiaan dariku.
Ku
lihat sinar mata hari tembus dari jendela kamar yang menyentuh kedua mata
indahnya. Ku lihat matanya bergerak dan perlahan terbuka memandang ku.
“apa kau lelah?” ucapnya
“tidak.. tidurlah lagi” ujar ku
“tidak..”
“kenapa”
Ku lihat tangan kanannya mengarah keperut.
“hahaha.. apa kau lapar. Hem?”
“ya.. masakkan sesuatu yang enak ya sayang”
“tentu saja. Sebentar ya”
Ku langkahkan kaki menuju dapur Dan mulai memasak. Kenapa rasanya begitu bahagia? Kedua mataku tak henti-hentinya memandang sebuah cincin yang terpatri di jari manisku.
Terasa bahu kiriku sedikit berat dan hembusan hangat menyentuh setiap helai rambutku.
“ku sedang memasak sayang” jelasku kepadanya
“ya.. aku tau”
“tapi kenapa kau memelukku dari belakang begini?”
“karena aku merindukanmu?”
“haha kau ini. aku sulit memasak sayang”
“tidak masalah. Yang penting aku tetap seperti ini”
“aish kau ini” ucapku sambil tersenyum.
Jemari-jemarinya
mulai menyentuh kedua bahu ku untuk memutar badanku untuk menghadapnya. Terasa
kecupan hangat di keningku yang dia berikan sambil menutupkan matanya.
#flash back end#
Aku
tetap tersenyum jika mengingat akan kejadian itu. apa kah kau sama seperti ku.
tapi mengingat posisi kita sekarang, aku meragukannya. Kau yang tak memandang
mataku. Kau yang tak membaca perasaanku.Kau yang berpaling dari rasa sedihku.Aku
mencintaimu, Tidakkah kata ini cukup bagimu?
Aku
duduk di kursi ruang tengah. Ku pandang tubuhnya yang terus berjalan
melewatiku. Memandang dan menyapa ku pun sungkan untuk dirimu lakukan.Pada
awalnya aku tak mengetahuinya, aku tahu benar kau sedang sibuk.Pertemuan dan
telfonmu menjadi jarang untuk ku.
“sayang,
apa kau sudah makan? Mau ku buat kan?”
Atau
“sayang,
aku sudah masak. Ku tunggu pulang ya?”
Jika
aku menunggumu, kau akan datang, bukan untukku tapi karena kewajiban mu yang
sudah tuntas.
Dan
aku….
harus mengerti akan hal itu.ku ingin menjadi
yang terbaik untuk mu.Namun semakin aku melakukannya, kau semakin pergi menjauh.
Ku lihat tubuhmu yang lelah beristirahat diruang yang berbeda dengan ku. ingin
ku menyentuh tubuhmu, atau hanya mengingatkan mu untuk tidur ditempat yang
layak.
“sayang,
bangun lah. Kenapa tidur disini?”
Atau
“tidurlah
dikamar, kau pasti lelah”
Tapi,
ku tak pernah melakukannya. Karena setiap aku melakukannya. Kau akan semakin menjauh
dari ku.
Aku berdiri di tempat yang sama,
melihat aktifitas mu setiap harinya.
“sayang
aku sudah masakkan sarapan. Dimakan dulu ya?” ucapku sambil menata meja makan
ini. ku lihat tubuhnya lewat begitu saja dan tak menghiraukan ku.
Dan dia…..
Pergi…
Ku
pandang tubuhnya yang menjauh dari rumah dan mulai masuk kedalam mobil. Ku
pandang wajahnya.Namun,wajahnya menjadi samar, aku tak bisa melihatnya. Cairan
bening ini turun kembali. Ku coba menggigit bibir untuk Menahan isakkan tangis
yang membuat ku menjadi wanita yang lemah.
“sayang..
aku tunggu kamu pulang “ ucapku melihat mobilnya yang pergi menjauh hingga tak
bisa ku lihat lagi.
(skip)
CKLEK…
Ku coba mengerjapkan mata, dan bangkit dari posisiku.
“AARRGGHHH” ku lihat dia mengerang dan mengacak rambutnya.
“ada apa sayang” ucapku mendekat padanya
Ku lihat dia terduduk dan mengeluarkan suara isakkan.
DEG’
Rasanya
hatiku tercabik-cabik mendengar tangisnya. “kenapa menangis sayang?” Tanya ku
kembali seraya berjalan lebih dekat kepadanya. Ku sentuh pundaknya, tapi dia
terus menangis, ‘apa seberat itu kah pekerjaannya? Atau dia sedang ada masalah.
Sungguh aku tak sanggup melihat penampilannya yang seperti ini’.
Samar-samar ku dengar dia memanggil nama seseorang di sela-sela tangsinya.
“IU?? Iu??iu??”
Ku
dengar degan seksama ternyata dia memanggilku. Ingin rasanya ku peluk tubuhnya
dan mengatakan aku disini tapi kenapa tidak bisa ku lakukan.
“aku disini sayang”
Seketika
pandangan ku berputar dan membuat kepalaku pusing. Tubuhku berdiri dan mematung
melihat kejadian di hadapanku. Suasana ini? tempat ini? bukanlah di rumah.
Dimana ini? tapi mengapa ada aku disini?. Aku yang lain.
Aku
terus berlari dan mencari jalan keluar untuk pulang. Dimana ini? kenapa ini
begitu gelap? Kenapa hanya lampu ujung jalan yang bisa ku lihat dari jauh? Aku
bahkan tak tahu jalan untuk pulang.Oleh karena itu, cepat datang padaku dan
selamatkan aku.
“chanyeol oppa? Chanyeol oppa?? Park chanyeol?
Ku
sebut namanya berulang kali. Tapi semakin lama ku sebut namanya, kepalaku
terasa sakit. Rasanya di bentur dengan benda yang begitu berat yang menghempas
kepalaku.
“aku ingat… aku ingat” ucapku sambil menangis..
“tidak… tidak.. ini tidak mungkin kan” ucaku kembali
Saat
itu… waktu itu.. hari itu…hari dimana semua diatur dalam waktu singkat.Hal selanjutnya
yang kuketahui adalah aku benar-benar sendiri.
“iu?
DEG’
Ku coba melihat kedepan, dan mendapatkannya tengah memandangku sambil berlutut.
“chanyeol oppa”
Dia kembali menangis sejadi-jadinya. “seharusnya aku datang saat itu” jelasnya kepadaku.
“mungkin jadinya tidak sepeti ini” jelasnya kembali
Kini baru ku ketahui dan baru ku sadari. Bukan dia yang berubah tapi aku.. baru ku ingat bahwa aku bukan lagi disisinya.
“kembalilah iu" ucapnya mendekat
Ingin
rasanya ku menyambut tangan yang terulur darinya. Tapi semakin ku ingin
menggapainya semaki ku berjalan mundur. Semakin ku mencoba berlari mendekat
padanya, aku semakin pudar dalam pandangannya.
“saranghae”
“IU !!!!!”
Jeritan
terakhir yang ku ingat akan suara mu menyebut namaku. Apaka kau sekarang menangis
seperti orang bodoh? Apa kau sedang memikirkan ku? kini aku berdiri di ujung
pintu putih. Dalam beningan cairan yang turun dari kedua puluk mataku. Kutunggu
kehadiran mu disini bersama cinta ku… cinta mu.. dan cinta kita…
END’
0 komentar:
Posting Komentar