RSS
IconIconIconIconFollow Me on Pinterest

Red Rose (chapter 10)



Malam ini, ku lihat seorang yeoja yang sudah ku intai dari tadi berjalan sendirian. Hey, tidakkah dia bisa berhati-hati. Ini sudah malam.

Tiba-tiba dia berhenti.

‘ada apa?’

Ku lihat dia melihat kesebrang jalan, segerombolan pria dengan memegang beberapa botol minuman berjalan mengarah kepadanya.

‘sudah ku duga’

Dia berbalik dan berjalan cepat mengarah…

‘aku?’

Jantung ku berdegup semakin kencang saat dia hampir sangat dekat dengan ku. ada apa ini? jantung ku tidak terkontrol sekarang. Dan kemudian berhenti tepat diDEPAN ku. bisa kau bayangkan, bagaimana tingakah ku sekarang. Berusa meredam semua jeritan senang.dengan wajah datar, ku menatapnya.

Kalau bisa jujur aku akan mengatakan, matanya sangat indah. Hindungnya dan bibir mungilnya. Dia membuatku bertekuk lutut sekarang. Dia hanya menatapku dengan jarak sedekat ini, berdiri tidak takut sama sekali. Padahal aku ini adalah seorang vampire, sebentar saja aku bisa menghabisi nyawanya. Tapi itu tidak akan ku lakukan. tapi pikiran itu kabur saat.

BLUSHH

Helaian rambutnya tersentuh oleh angin. Aroma itu mematikan dan melekat sekali kehidung dan masuk kedalam tenggorokanku. Aroma ini, aroma manis yang sangat menggiurkan. Tanpa sadar aku mengambil langkah-langkah kecil mendekat padanya.

Sedikit menelan air liurku. Aku memperkecil jarak diantara kami. Sungguh ini sangat menggoda, aku tidak bisa menahannya. Apa yang harus ku lakukan? Ku lihat dia membulatkan kedua matanya saat aku benar-benar tepat di depannya dengan jarak yang sangat sulit dibayangkan.

Ku coba mensejajarkan wajahku kewajahnya. Ku perhatikan bibir mungilnya yang berwarna merah. Boleh kah aku merasakannya? Walau sebenarnya incaranku adalah leher mulusnya. Tapi setidaknya bibir mungil ini meredam rasa haus ku.

Ku sentuh lembut rambutnya dengan tangan kananku dan meraih pinggangnya. Ku coba sedikit menekankan pegangan tanganku kerambutnya untuk memperpendek jarak diantara kami. Ku perhatikan setiap senti di wajahnya. Dia sungguh menarik, tetap pada pandangan awal mataku masih tertuju pada bibir merah mungil milik nya. Dan aktifitasku terhenti saat ku tatap tepat di kedua matanya.

Terpancar rasa ketakutan dimatanya.

“mianhae” ucapku dengan sepontan melepasnya.

Ku coba mengambil jarak menajuh darinya tapi, dia malah meraih lengan ku dan menggenggam erat bajuku.

“tolong aku”

Walau seperti bisikan yang sampai di telingaku, setidaknya aku bisa mengerti maksudnya. Ku tatap lekat kedua matanya. Dan mencoba menstabilkan jantungku.
Kau mau tau dimana aku berakhir? Disini, ya tepat di depan rumahnya. Aku mengantar wanita ini pulang.

“gomawo”
“ne, cheonman”
“mianhae merepotkan mu”
“gwechana”
“oh, iya. Linka imnida”
“kris imnida”
“senang berkenalan dengan mu. Kuharap kita bisa bertemu lagi”
“tentu saja” ucapku pergi setelah melihatnya benar-benar masuk kedalam rumahnya.

Tidakkah dia tau, kalau selama ini aku mengintainya. Kegiatan ini sudah masuk kedalam 20 hari, tidak hanya kegiatan dia di siang hari tapi dari dia bangun hingga terlelap aku masih berada di sampingnya.

Seperti sekarang, aku berdiri di samping ranjang seorang wanita yang tengah tertidur pulas. Walau pun dia menutup matanya, dia tetaplah sempurna di mataku.

“AAKKKKKKHHHHHHHHHHHH..”

Tiba-tiba dia berteriak, meraung dan berakhir dengan menangis. ‘ada apa dengannya?’ dia menangis dengan terisak.
Malam ini berbeda dari biasanya, biasanya dia tidur dengan damai, kini dia tidur dengan gangguan. Masih terdengar isakkan tangisnya. Ku coba mengambil langkah nekat mendekatinya.
Ku coba duduk disampingnya, meng hapus setiap air yang membasahi pipi mulusnya.

“uuusstttt…. gwechana, ada aku disini” ucapku sedikit lembut di telinganya.

Dia masih belum sadar akan kehadiranku, dia masih menangis dan semakin terisak. Entah kapan ini datangnya tapi terasa sedikit sakit mendengarnya menangis. Tanpa berfikir panjang ku raih kedua tangannya dan meletakkannya  melingkar di leherku.

Sekarang dengan jelas aku bisa  melihat wajahnya, ku hapus kembali butiran-butiran krystal yang keluar dari setiap pelupuk matanya. Ku coba mengambil posisi yang nyaman untuknya, setidaknya sekarang aku tidak menimpanya dengan tubuhku yang berat.

Ku kecup lebut keningnya, dia masih menangis. Ku kecup lembut mata kanannya, tangisannya mulai melemah. Kekecup kembali mata kirinya, tangisannya mulai meredam.  Ku kecup lebut hidungnya, terdengar isakan kecil keluar dari bibir mungilnya. Terakhir, aku berhenti tepat di bibir mungilnya.

“uljima”

Ku lihat dia membuka kedua matanya dan menatap luruh kedua mataku.

“kris?” ucapnya lirih
“ne” sahutku
“aku takut”
“ada aku, tidak perlu kau takutkan”
“aku takut”
“linka”
“aku takut”

Kemudian, terasa sedikit panas menjalar keseluruh tubuhku. Aku membungkam perkataanya, menyalurkan ketenangan dari tubuhku. Dia tidak berkutik. Entah sejak kapan ini ku hentikan, tapi bisa ku pastikan aku melakukannya. Dan kurasa itu cukup lama hingga sadarku dia tertidur kembali.
Sebagai ucap perpisahan tidur, ku kecup singkat bibir mungilnya kembali.

“good night”
 
 Tobe continue

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar