Tiba-tiba
dia berhenti.
‘ada
apa?’
Ku
lihat dia melihat kesebrang jalan, segerombolan pria dengan memegang beberapa
botol minuman berjalan mengarah kepadanya.
‘sudah
ku duga’
Dia
berbalik dan berjalan cepat mengarah…
‘aku?’
Jantung
ku berdegup semakin kencang saat dia hampir sangat dekat dengan ku. ada apa
ini? jantung ku tidak terkontrol sekarang. Dan kemudian berhenti tepat diDEPAN
ku. bisa kau bayangkan, bagaimana tingakah ku sekarang. Berusa meredam semua
jeritan senang.dengan wajah datar, ku menatapnya.
Kalau
bisa jujur aku akan mengatakan, matanya sangat indah. Hindungnya dan bibir
mungilnya. Dia membuatku bertekuk lutut sekarang. Dia hanya menatapku dengan
jarak sedekat ini, berdiri tidak takut sama sekali. Padahal aku ini adalah
seorang vampire, sebentar saja aku bisa menghabisi nyawanya. Tapi itu tidak
akan ku lakukan. tapi pikiran itu kabur saat.
BLUSHH
Helaian
rambutnya tersentuh oleh angin. Aroma itu mematikan dan melekat sekali kehidung
dan masuk kedalam tenggorokanku. Aroma ini, aroma manis yang sangat
menggiurkan. Tanpa sadar aku mengambil langkah-langkah kecil mendekat padanya.
Sedikit
menelan air liurku. Aku memperkecil jarak diantara kami. Sungguh ini sangat
menggoda, aku tidak bisa menahannya. Apa yang harus ku lakukan? Ku lihat dia
membulatkan kedua matanya saat aku benar-benar tepat di depannya dengan jarak
yang sangat sulit dibayangkan.
Ku
coba mensejajarkan wajahku kewajahnya. Ku perhatikan bibir mungilnya yang
berwarna merah. Boleh kah aku merasakannya? Walau sebenarnya incaranku adalah
leher mulusnya. Tapi setidaknya bibir mungil ini meredam rasa haus ku.
Ku
sentuh lembut rambutnya dengan tangan kananku dan meraih pinggangnya. Ku coba
sedikit menekankan pegangan tanganku kerambutnya untuk memperpendek jarak
diantara kami. Ku perhatikan setiap senti di wajahnya. Dia sungguh menarik,
tetap pada pandangan awal mataku masih tertuju pada bibir merah mungil milik
nya. Dan aktifitasku terhenti saat ku tatap tepat di kedua matanya.
Terpancar
rasa ketakutan dimatanya.
“mianhae”
ucapku dengan sepontan melepasnya.
Ku
coba mengambil jarak menajuh darinya tapi, dia malah meraih lengan ku dan
menggenggam erat bajuku.
“tolong
aku”
Walau
seperti bisikan yang sampai di telingaku, setidaknya aku bisa mengerti
maksudnya. Ku tatap lekat kedua matanya. Dan mencoba menstabilkan jantungku.
Kau
mau tau dimana aku berakhir? Disini, ya tepat di depan rumahnya. Aku mengantar
wanita ini pulang.
“gomawo”
“ne,
cheonman”
“mianhae
merepotkan mu”
“gwechana”
“oh,
iya. Linka imnida”
“kris
imnida”
“senang
berkenalan dengan mu. Kuharap kita bisa bertemu lagi”
“tentu
saja” ucapku pergi setelah melihatnya benar-benar masuk kedalam rumahnya.
Tidakkah
dia tau, kalau selama ini aku mengintainya. Kegiatan ini sudah masuk kedalam 20
hari, tidak hanya kegiatan dia di siang hari tapi dari dia bangun hingga
terlelap aku masih berada di sampingnya.
Seperti
sekarang, aku berdiri di samping ranjang seorang wanita yang tengah tertidur
pulas. Walau pun dia menutup matanya, dia tetaplah sempurna di mataku.
“AAKKKKKKHHHHHHHHHHHH..”
Tiba-tiba
dia berteriak, meraung dan berakhir dengan menangis. ‘ada apa dengannya?’ dia
menangis dengan terisak.
Malam
ini berbeda dari biasanya, biasanya dia tidur dengan damai, kini dia tidur
dengan gangguan. Masih terdengar isakkan tangisnya. Ku coba mengambil langkah
nekat mendekatinya.
Ku coba
duduk disampingnya, meng hapus setiap air yang membasahi pipi mulusnya.
“uuusstttt….
gwechana, ada aku disini” ucapku sedikit lembut di telinganya.
Dia
masih belum sadar akan kehadiranku, dia masih menangis dan semakin terisak.
Entah kapan ini datangnya tapi terasa sedikit sakit mendengarnya menangis.
Tanpa berfikir panjang ku raih kedua tangannya dan meletakkannya melingkar di leherku.
Sekarang
dengan jelas aku bisa melihat wajahnya,
ku hapus kembali butiran-butiran krystal yang keluar dari setiap pelupuk
matanya. Ku coba mengambil posisi yang nyaman untuknya, setidaknya sekarang aku
tidak menimpanya dengan tubuhku yang berat.
Ku
kecup lebut keningnya, dia masih menangis. Ku kecup lembut mata kanannya,
tangisannya mulai melemah. Kekecup kembali mata kirinya, tangisannya mulai
meredam. Ku kecup lebut hidungnya,
terdengar isakan kecil keluar dari bibir mungilnya. Terakhir, aku berhenti
tepat di bibir mungilnya.
“uljima”
Ku
lihat dia membuka kedua matanya dan menatap luruh kedua mataku.
“kris?”
ucapnya lirih
“ne”
sahutku
“aku
takut”
“ada
aku, tidak perlu kau takutkan”
“aku
takut”
“linka”
“aku
takut”
Kemudian,
terasa sedikit panas menjalar keseluruh tubuhku. Aku membungkam perkataanya,
menyalurkan ketenangan dari tubuhku. Dia tidak berkutik. Entah sejak kapan ini
ku hentikan, tapi bisa ku pastikan aku melakukannya. Dan kurasa itu cukup lama
hingga sadarku dia tertidur kembali.
Sebagai
ucap perpisahan tidur, ku kecup singkat bibir mungilnya kembali.
“good
night”
Tobe continue
0 komentar:
Posting Komentar