RSS
IconIconIconIconFollow Me on Pinterest

Black Wind (Chapter 4)



tubuh ini sudah berubah dengan pakaian yang berbeda. Dan seketika wanita ini kembali masuk dalam pelukanku. ‘ini kedua kalinya’ gumamku.


BRAAKKKKKKK


Mobil yang akan menabrak kami seketika terpental tak menyentuhku. Banyak ku lihat orang yang berlalu lalang heran dengan kejadian itu. dengan segera ku bawa wanita ini kepinggir dan melanjutkan pekerjaan ku.


SRREEKKK


Seretan pedangku terdengar di lorong-lorong kota ini. dan terhenti saat kedua mata tertuju pada lingkaran merah. ‘sudah saat nya’gumamku.
Saat pedang ini terangkat, saat itulah cairan kemerahan mengolesi setiap senti dari benda tajam ini. kenapa harus dengan cara ini? sebegitu burukkah sikap mereka?.

“kai” sebuah suara mengagetkanku.
“kai”

Saat ku berbalik..

“ahh.. kau sica”
“jelaskan padaku”
“apa yang harus ku jelaskan pada mu?”
“wanita itu”
“kenapa wanita itu?”
“kenapa kau menolongnya”

Langkah kaki ku terhenti saat kalimat itu lolos dari bibirnya.

“jangan bilang kalau itu, rencana mu sica”
“iya, itu rencana ku. dari awal dan akhir”
“apa maksud mu?”
“dan ku harap kau jangan menolongnya lagi”
“apa maksud mu sica”
“sica.. hey SICAAAAA!!”


Teriakku saat melihat tubuhnya menghilang LAGI. Apa ada kaitannya aku dan wanita itu? kenapa dia membuat ku nyaman didekatnya.



(skip)
Kini aku muncul di hadapnnya,Sakit itu terasa kembali saat cairan bening itu membasahi kedua pipinya. Tubuhnya sedikit gemetar, ingin rasanya mendekapnya dalam pelukanku. Tapi apalah dayaku. Aku juga punya batasan. Antara jarak dan dunia.
Aku terus duduk di sampinya, memperhatikan kegiatannya. Ku lihat dia mulai bangkit dan mendekat pada rak buku di rumahnya.

Sedikit acakan dia melempar setiap buku di rak tersebut secara asal. Ada apa dengan wanita ini? dan kegiatan nya terus berlangsung cukup lama hingga terhenti pada sebuah buku besar.

‘album?’ gumamku melihatnya secara dekat.

Dia kembali menangis saat membuka lembaran pertama.

‘kenapa dia?’

Dan terhenti pada lembaran ketiga. Tangaisannya semakin memuncak, dia mengelus salah satu foto tersebut dan mengeluarkan suara kecil dari sela-sela tangisannya.

“maaf.. maaf..” ucapnya lirih

‘kenapa dia harus minta maaf?’ gumamku kembali.

“maaf kan aku…”


Karena sedikit penasaran ku coba mendekat kembali sekedar ingin tau foto yang di elusnya. Tapi langkah ku terhenti saat ku melihat..

“maaf.. maaf kan aku….”  lirih wanita ini kembali..

Ku melihat..

Foto itu..

Foto yang dielusnya..

Dan foto yang di tangisinya.. adalah…



“maaf kan aku… kai…” sambung wanita itu..




‘AKU ?’

Tobe continue

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar