RSS
IconIconIconIconFollow Me on Pinterest

BLOOD (chapter 3)


Wahana ini menjadi saksi bisu akan kehadiran cintaku pada baekhyun.

“neo gwechana?” Tanya chanyeol.
“emm”
“wajah mu pucat, ayo kita pulang” ajak chanyeol.
“eh, ne gwechana” sanggah ku
“sudahlah, kita bisa main lain kali. Hari ini kau harus istirahat, wajah mu tak meyakinkan. Kajja”
“ne”

Dia mengantarku sampai di depan pintu apartementku. Dia sepertinya sangat khawatir akan keadaanku.

“gamsahamnida chanyeol”
“ne cheonman linka. Istirahatlah, “
“ne, aneyeong”
“emmm. Aneyeong” pamitnya.

Ku rebah tubuhku di atas kasur. Kepalaku cukup pusing, ada apa denganku?. Ku pejamkan mataku dengan perlahan untuk menghilangkan rasa benatku.
Kini sudah 2 hari ku tak masuk sekolah. Bisa ku lihat kontak pesan di handphone ku penuh. Rata-rata isinya sama.
‘linka gwechana?’ ‘linka kenapa tidak masuk?’. ‘linka jika ada masalah ceritalah’ linka.. linka.. linka… .arrrgghhh.. kepalaku makin pusing membacanya. Tiba-tiba handphone ku bergetar kembali.

Betapa terkejutnya aku seseorang menelpone ku..

‘eomma?’

“yeoboseo?”
“……..”
“ne eomma,”
“……..”
“mwo!!!???”
“…….”
“andwe!!!?”
“…….”
“shireo!!!”
“……..”
“jangan telpon aku lagi!!!”

 dengan segera ku banting handphone ku kelantai. Aku marah, ya sangat marah. Apa-apaan ini? Seenaknya saja menyuruhku menikah. Dia tak pernah memperhatikan ku,dia tak pernah menanyai kabarku, dia pun tak suka ku panggil eomma. Dia hanya meneleponku jika ada maunya. Aku seperti orang asing.
Ku langkahkan kaki ku kedapur. Ku ambil sebuah wartel, ku potong dengan kasar. Dapat di dengar kalau aku sedang marah dan kesal. Ku hentakkan dengan kasar pisau yang ku pegang. Ku hempas dengan kuat pisau itu sampai jariku terluka. Ku tak menghiraukannya, kuterus memotong dan memotong wartel yang di hadapanku menjari cincangan yang tak beraturan.

TING TONG *suara bel

Ku teus memotong tak menghiraukan siapa yang masuk.

“linka… kau kenapa?” Tanya seorang yang sangat familiar di telingaku suaranya.
“linka.. kenapa handphone mu bercecer tak karuan di lantai?” Tanya lagi.
‘dia sangat cerewet’ batinku. Kuterus memotong dengan kasar tak menghiraukan pertanyaan nya.
“linka… tanganmu berdarah” kini dia menghampiriku dan melihat tanganku.
“jangan ikut campuur chanyeol!!” bentakku.

Dia terdiam dengan perkataan ku barusan. Dengan segera ku lanjutkan kegiatan ku tadi. Kau terus memotong dan memotong.

“ARRRGGGHHH” erangku.
“neo gwechana? Kau kenapa? Ada apa dengan  mu? Apa ada yang mengganggu mu? Linka jawab aku?”

Semua pertanyaannya membuatku naik pitam.

“kau.. kau terlalu banyak bicara chanyeol” gumamku pelan sambil mengangkat satu tanganku yang sedang menggenggam benda yang tajam.
“aarrhh… lin-linka.. ap-apa yang ka-kau la-lakukan..argh” jawabnya
“jangan ikut campur chanyeol” bisikku di telinganya.

To be continue

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar