Dia menangis dan perlahan
mendekat kearah ku.
“lakukan kai”
“sicha.. “
“lakukan kai, bukankah ini
saatnya. Lihat!! lingkaran ,merah itu tepat di hadapanmu. LAKUKAN!!”
“ANDWEEE..” teriakku
Ku lihat dia mengeluarkan benda
besar dari balik punggungnya.
“jika kau tidak meu melakukannya,
maka aku sendiri yang akan melakukannya”
“kalau begitu, kau harus
memusnahkan aku terlebih dahulu sicha”
“KAAIII…”
“sicha, kau tau dia siapa?”
“aku tidak butuh alasan itu”
“wae sicha?”
“bukankah ini tidak adil”
“adil? Kenapa tidak adil?”
“aku disini, berdiri dihadapnmu.
Di alam yang sama, di kegiatan yang sama. kenapa kau tidak memilih ku? kenapa
harus kedua kalinya aku harus menyaksikan romansa cinta kalian? Kenapa tidak ada aku
diantara kalian? Kenapa tidak hanya ada aku dan kamu saja kai. Kenapa harus ada
jiyeon!! Huh! WAAEEEE!!!”
“ne-neo..”
“ne, kai. Aku yeoja yang selama
ini mencintaimu. Aku selama ini yang membuat mu menjauh dari jiyeon. Dan aku
yang selama ini membuat penyakit jiyeon semakin parah”
“wae sicha . wae?”
“karena aku ingin dia cepat mati.
Dengan begitu kau baru bisa melihatku. TAPI sepertinya aku salah. Kau tetap
melihatnya walau berbeda ALAM”
Ku lihat tubuh jiyeon bergetar
ketakutan saat sicha mulai mengangkat benda besar itu. tanpa sadar aku
mengelurkan cairan Ini lagi di mataku.
Ku coba mendekat pada jiyeon, dan
menglus lembut rambutnya.
“jangan takut jiyeon-ah.. ada aku
disini, sampai kapanpun. Aku akan tetap disini disisi mu, dan akan melindungimu
serta menjaga mu”
“ka-kai…” ucap jiyeon lirih
“jangan kan sekali jiyeon-ah.
Untuk keDUA kalinya pun aku siap mati untukmu”
“kai… andwe… andwee.. kai..”
“jiyeon-ah”
“shireo.. kai.. shireo..”
“jiyeon-ah..”
“andwe…”
“saranghae..”
“KAAIIII”
“berhentilah bermesraan disitu!!!
Menjijikkan” potong sicha
Kini aku berdiri di hadapan sicha
menutupi jiyeon. Kini aku sudah berubah total seperti biasa, dengan benda tajam
yang sama seperti sicha aku memegang benda tersebut di hadapanya.
“kau mau melawanku kai?”
“ani-yeo sicha. Ani” ucapku
sambil menjatuhkna benda tajam itu dari tangan ku
“apa maksudmu? Apa kau mau
menyerahkan jiyeon padaku?”
“ani sicha. Itu tidak akan pernah
ku lakukan”
“jadi apa yang akan kau lakukan?”
Ku coba meraba bagian leherku.
Dan memegang erat benda yang melilit lama di leherku.
“mungkin sudah saatnya aku musnah
sicha”
Ku lihat matanya membulat dan
tubuhnya tak bergeming..
Apakah aku harus melakukan ini?
apakah aku tidak bisa selamanya
di sisi wanita ku cintai? Apa keputusan yang harus ku ambil?
Tobe continue
(note: kalung yang melilit di leher kai, adalah kalung yang menetukan dia akan terus menjadi malaikat kematian atau musnah. dengan cara mecabut kalung itu dari lehernya. kalung tersebut mempunyai 2 mata. satu mata nyawa kai dan satunya lagi mata nyawa sica)
0 komentar:
Posting Komentar