RSS
IconIconIconIconFollow Me on Pinterest

Blood (chapter 7)


Pagi ini eomma menyuruh ku pergi bersama luhan untuk membeli baju pernikahan kami. Setelah memilih beberapa gaun. Akhirnya terpilihlah satu gaun putih panjang yang indah.

“kenapa kau tak mencobanya?” Tanya luhan.
“aku lagi tak enak badan” jawabku
“geure? Kenapa tak bilang dari tadi linka-ya?” Tanya nya sambil beranjak dari kursi.
“wae?”
“sudah lah, bawa saja baju itu. kita coba di rumah saja” jelasnya
“jinjayeo? Baiklah. Kita coba di rumah saja”

Kuambil gaun yang sudah dibungkus dengan rapi itu dan beranjak pergi ke apartement ku.  setelah sampai di apartement, dengan cepat aku masuk kekamar dan mengganti baju dengan pakaian pengantin tadi yang belum sempat dicoba tadi.

Ku pandangi cermin di depanku, ‘indah’ kata itu yang keluar saat menyentuh gaun ini. Ku buka pintu kamar dengan perlahan dan ku dapati luhan sedang memakai pakaian pasangan sang pengantin, memakai kemeja dan jas. Itu membuatnya tampak gagah.

“luhan.. bagaimana menurut mu?” Tanya ku. dan sontak membuatnya memandangku. Dia terdiam dan tak lama kemudian mengeluarkan sebuah senyuman.
“linka… kau cantik” jelasnya.
“jinjayeo? “
“ne.. neo yepeunda. “
“gamsahamnida luhan. Apa kau sudah mencoba pakaian mu?”
“eh,, sudah.. tapi tinggal dasinya belum ku pasang”
“ohh.. sini ku pakaikan”

Ku langkahkan kakiku mendekatinya dan meraih dasi berwarna merah tua. ku buka kerahnya yang berlipat dan melilitkan dasinya. Saat ku memulai mengikat dasi. Dia, xi luhan mengelus lembut pipi ku.

“saranghae linka” guamamnya pelan padaku, karena jarak kami sangat dekat.
“benarkah? Bagaimana kalau begini. Apakah kau masih mencintai ku? Tanya ku sambil mengetatkan dasi yang ku pakaikan untuknya.

“lin-linka..ap-apa yang kau la-kukan?”
“aku hanya mengikat dasi chagi-ya” jelasku sambil terus mengikat dasinya.

“akuhh tak- tak bis-bisa ber-berna-fas.”
“benarkah, biar ku permudah” ku kencangkan ikatan dasinya dan detik kemudian luhan mencengkaram bahuku.

“lin-linka.. aku-ak-aku. Tak-bis-sa ber-na-fas”
“hahahahahahahaha…HAHAHAHAHA.. apa kau suka?” Tanya ku lagi.

Ku pandangi tubuhnya di hadapan ku. karena kini cengkraman tanganya tak terasalagi dibahuku.

“kau tak berguna xi luhan”

Ku buka pintu gudang, yang tepat berada di dapur. Ku lirik 3 namja yang sedang duduk tak bersuara.

“kalian kedatangan tamu. chagi” jelasku pada mereka.
“kenalkan.. ini xi luhan..” jelasku berbicara padanya.

“xi luhan, kenalkan. Itu byun baekhyun… yang jatuh cinta pada ku sama sepertimu. Yang itu park chanyeol yang terlalu banyak omong. Dan yang itu oh sehun  yang terlalu ikut campur dalam rencana ku. kalau begitu selamat bergabung ya..” jelasku panjang lebar mengenalinya pada 3 namja di hadapan ku.

Ku langkah kan kaki ku menuju kamar. Ku lirik dinding kamar ku yang penuh dengan foto-foto orang yang tak berguna atau lebih tepatnya harus ku musnahkan.
Ku ambil pulpen berwarna merah dan mengarahkan kesalahsatu foto disana.
“xi luhan…” gumam ku. “musnah..” jelasku kembali sambil menyilangkan tanda X di foto nya.

Ku lirik lagi satu foto yang belum ku beri tanda X. ku sunggingkan sebuah senyum yang tiada arti ini. Dan memandang foto itu dengan seksama.

“eomma” itu yang ku katakan saat memandang foto tersebut. Satu langkah lagi semua akan berakhir bukan?.

Kini aku semakin memantapkan tekat. Perlahan,ku tata wajah ku supaya meyakinkan. Saat ku ingin keluar tak sengaja mataku menangkap sebuah album bersampul biru. Kuraih album tersebut dan mulai membukanya.
pada halaman pertama terdapat foto aku dan eomma.
‘ini keluarga ku’

*flasback*

Seorag gadis kecil berumur 5 tahun sedang berlari-lari di taman.

“eomma.. eomma… lihat itu. begitu banyak burung disini” “iia sayang… burungnya begtu banyak.. oh iia.. lihat eomma bawa apa?”
“emh… apa eomma? Eomma bawa apa? Aku ingin lihat-aku ingin lihat”
“ta-da” 2 kuntum bunga tulip yang indah eomma berikan pada ku.
“bunga tulip? Uuwwaaaahhhh.. sungguh indah eomma”
“tentu saja, ini sangat indah bukan”
“ne.. sangat indah”
“sudah sore, ayuk kita pulang malaikat kecil ku” ajak eomma sambil mengusap lembut rambut ku.
“emm ne eomma”

Aku berjalan sambil bergandengan tangan bersama eomma. Layaknya anak dan ibu.

*flashback end*

Tak terasa air mata ku jatuh dan membasahi foto tersebut. Ku usap foto itu hingga tak ada cairan menyentuhnya.
‘kenangan yang indah’

Ku buka pada lembaran kedua terdapat foto aku, appa dan eomma..

*flashback*

Kini usia ku beranjak 7 tahun. Aku sangat sayang pada keluarga  ku yang begitu harmonis. Hingga tiba pada suatu malam.
PRAAAANGGGG…… BBBRRAAAAKKKKK….
Suara berisik itu membuatku terbangun.

“suara apa itu”
 kulangkahkan kaki menuju lantai bawah. terlihat appa dan eomma saling beradu suara.
“kau.. kau yang salah. Seharusnya kau mengerti kondisi ku. bukan malah memarahi ku”
“tentu saja aku marah, kau suami yang tak berguna”
“jika aku tak berguna, maka selama ini kau dan anak itu tak pernah ku kasi nafkah”
“kau kira itu semua cukup, dan sekarang apa? Kau bangkrut!! Huh, apa-apaan itu.”
“itu semua salah siapa. Jika saja kau tak mengambil saham itu, tak akan jadi seperti ini”
“itu karena kau terlalu bodoh!! Sudah jelas dia mau menerima, kenapa menolak”
“kau tau apa tentang kerja ku? kau tak tau apa-apa”
“kau kira aku bodoh!! Aku tak sebodoh dirimu!!”

Itu lah kata-kata yang terus terlontar dari mulut mereka. Yang bisa ku lakukan hanya menangis, kupeluk kedua lutut ini dan menutup kedua kuping. ‘ku harap ini hanya mimpi.. ini hanya mimpi bukan?’ gumamku dalam hati.

Setelah kejadian  itu aku tak pernah di pedulikan. Aku di acuhkan, mungkin jika aku mati mereka pun tak akan peduli.
Itu semua terjadi pada suatu ketika. Saat ku pulang sekolah, sebuah mobil hitam menghadang ku. mereka menjambak dan menarikku kasar. Mereka membekap mulutku dan mengbenturkan kepalaku kedinding.

“hemm.. kau.. putri tunggal mereka kan?” Tanya salah satu penculik tersebut.
“kau sangat cantik. tapi sayang keluarga mu terus mengacuhkan kami. Kami terpaksa menculik mu”
Mereka membuka plaster yang menutup mulut ku.
“kalian.. apa mau kalian. Kalian tak akan selamat jika orang tua ku tau kalau putrinya di culik” jelasku sedikit berteriak.
“benarkah, kita buktikan. Seberapa besar mereka peduli padamu”

Mereka mencoba menelepon seseorang dan dapat kukenali itu suara eomma.

“yeoboseo” jawab eomma
“selamat siang nyonya” jelas penjahat itu
“siapa kau!! Dan mau apa menelepon ku?”
“hahahaha… aku hanya ingin kasi tawaran”
“tawaran apa. Aku tak tertarik!!”
“hahaha.. kau tau dengan siapa kami sekarang. Kami bersama putrimu tercinta. Apa kau masih yakin tak ingin menyerahkan uang itu sekarang?”
“putri? Putri siapa yang kau maksud. Aku tak punya seorang putri.  kalaupun aku punya, aku tak perduli dan tak akan pernah ku serahkan uangku ketangan mu”

DEG,

“eomma” gumamku lemah

Apa itu eomma ku? apa itu wanita yang selama ini yang tersenyum manis yang ku sebut eomma? Tidak pasti ini salah. Semua ini salah.

TiitT..

Mereka mematikan handponenya.
“sudah dengar sekarang. Mereka tak peduli akan kehadiran mu.”
“tidak!!! Kau pasti salah sambung. Itu bukan eomma ku kan?? Katakan itu bukan dia!!”
“dasar bodoh!! Lihat ini. Apakah kami salah sambung. Kau lihat betul-betul nomernya”

Kulihat dengan teliti nomernya. Tanpa terasa air mataku jatuh, satu angkapun tak ada yang salah. Itu nomerya, nomer eomma ku. apakah selama ini aku tak dianggap. Apa aku tak berarti di hidupnya?.

“hahaha… kasihan sekali kau gadis kecil”

Aku hanya meratapinya, sudah hampir 7 jam aku di sekap mereka. Ku lihat ke sekeliling ruangan, terlihat yang menyilau dimataku. Ternyata pecahan kaca terletak tak jauh dariku. Ku seret kaki ini dengan perlahan, mencoba untuk melepas ikatan yang menyiksaku sedari tadi.

Dan stelah beberapa menit, ikatan itu terbuka. Ku edarkan pandang ke seluruh penjuru ruangan mencari jalan keluar. Ku langkahkan kaki keluar dari sebuah jendela pecah. Tak luput tangan ku ikut tergores terkena pecahan kaca jendela ini. Dengan sekali lompatan ku berhasil lolos dan kabur dengan cepat.

Ku buka pintu rumahku dan mendapati eomma sedang menontonn tv dengan santainya. Mengingat kejadian tadi, sungguh sulit ku percaya. Ku coba ingin menanyainya…

“eomma” panggilku
“emmm.. eh kau.. ternyata kau masih hidup. Kukira kautak akan kembali” jelasnya datar.

Rasanya seperti tersayat-sayat saat kalimat itu terlontar dari mulutnya.

“apa itu benar eomma yang menjawab telepon tadi?” Tanya ku dengan lembut.
“ne, wae? Kau tak suka”
“a-ani eomma”
“baguslah”

Begitu dingin jawaban yang terus terlontar. Bertanya tentang kedaan ku pun tidak.

*flashback end*

“huh, itu awal mula aku membeci mu” jelasku sambil memandang foto itu.

Ku balik lagi ke lembar ke tiga.. terdapat foto aku. Hanya aku sendiri “hem.. ini awal mula rencana ku tersusun untuk mu eomma” aku pun tersenyum evil memandang foto di hadapan ku
To be continue

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar