RSS
IconIconIconIconFollow Me on Pinterest

Red Rose (Chapter 5)



Tanpa ku sadari, terukir lengkungan di bibirku.

Apa ini? 

terasa kupu-kupu terbang di sekitar perutku. Semakin lama genggamannya semakin erat. Dia mengantarku bukan hanya sampai rumah tapi sampai tepat di depan kamar ku.


“sudah sampai” gumamnya berbalik dan melihat ku.
“ne”

Masih terasa jantungku yang berdegup kencang. Pegangan ini mengendur, aneh tapi ku akui aku tidak ingin dia jauh dari ku.
ku lihat dia mulai membungkuk dan mensejajarkan wajah kami. Dia masih sama, menatap kedua mataku lurus kedepan.
Walau sedikit aneh tatapannya. Tapi ini membius ku.

“kau” ucap kris
“…”
“kau… hati-hati dengan ku”


Sedikit heran dengannya, tapi..

DEG’

Dia mengecup lembut kening ku dan…

‘tersenyum’

Terasa disengat dengan ribuat watt listrik. Tubuh ku menegang tidak bergerak, bisa ku lihat tubuhnya yang semakin lama menjauh. Tapi tadi dia..

“tersenyum”

Masih terasa kecupan lembutnya di keningku. Dan ku pastikan sekarang aku.. jatuh cinta

“kepadanya..”




(skip)
Semua seperti sihir dalam membalikkan telapak tangan. Teringatku, baru kemarin aku melihatnya yang mengacuhkan ku. dan sekarang kami…

‘dekat?’

Ku kira dia hanya melakukannya hari itu saja. Tapi ini sudah seminggu sejak kejadian permintaan ‘bodoh’ ku. kami terus berjalan seperti itu. dia menegurku, dia menjemputku, mengantarku dan tidak segan-segan sesekali dia mengajakku jalan-jalan keluar. Yah, kalian pasti tau kan ‘hang out’ .


“hey kris..”
“emm”

Ku lihat dia masih focus pada benda di hadapannya. Ku perhatikan setiap lekuk wajahnya, tidak ada yang tidak sempurna melekat di tubuhnya.

“kris..” panggilku lagi

Masih sama, dia masih asik dengan benda yang bernama ‘buku’. Ku pandang lagi wajahnya, bisa di lihat kedua matanya yang bergerak kekanan dan kekiri. Mata itu, berwarna coklat ke emasan. Terasa panas di sekujur tubuhku, hanya melihatnya reaksi ku sudah berlebihan begini. Bagaimana kalau ku lakukan lebih dari sekedar melihat. Ku rasa aku akan pingsan di hadapannya.

“hey, sica”

DEG’

Dia memanggil ku.

“..”
“sica”

Kini dia menukar posisinya yang melihat buku menjadi melihat ku. akkhh, jantung ku berdetak lebih cepat sekarang. Bagaimana ini, semakinlama terasa panas di sekujur tubuhku.

“sica”
“emm..”
“bagaimana dengan pencarian mu?”
“pencarian?”
“kemarin eomma cerita padaku. Kalau kau sekarang sedang tahap pencarian pasangan, apa kau sudah menemukannya?”


ku lihat dia dengan tatapan yang sama, melihat ku tepat di kedua mataku. Tanpa bergerak, tanpa berkedip. Aku suka caranya memandang ku. boleh kah aku memilih mu sebagai pasangan ku? entah sejak kapan perasan ini datang tapi sekarang yang ku mau adalah sosok namja di hadapanku ini.

“kenapa terburu-buru?” sanggah ku
“waktu mu sekarang tinggal 11 hari lagi dari waktu yang di berikan eomma”
“11 hari?”
“ne”
“kalau aku tidak menemukannya?”
“maka kau, akan di jadikan budak atau di binasakan”
“wae?”
“karena dalam keluarga kita sangat ketat dengan peraturan, jika kau tidak memiliki pasangan. Maka jati diri mu tidak pernah berkembang dan tidak bisa di gunakan. Maka dari itu kalau tidak di jadikan budak, maka akan di binasakan. Karena tidak di butuhkan”
“bagaimana dengan mu” Tanya ku sepontan


Ku lihat matanya sekarang bergerak, sedikit menggeser tubuhnya menjauh dari ku. ku lihat dia memandang lurus kedepan. Sekarang aku tau arti pandangannya. Pandangan itu, pandangan matanya.

‘kosong’

Tidak ada isi, tidak ada obyek. Seperti sesuatu yang ia cari, dan ingin ia ketahui.

“aku pergi dulu” pamit kris
“mwo? Kau mau kemana?”

Dia tidak menjawab. Ku lihat dia hanya membawa buku dan pergi begitu saja. Ada apa dengannya? Apa aku salah bertanya? Akh, sica tidak bisakah kau jaga mulut mu ini. bagaimana bisa aku bertanya seperti itu?
Ku coba kembali ke rumah dan ke tempat teraman ku yaitu ‘kamar’. dimana lagi kalau bukan kamar ku sendiri. Tapi saat ku menyentuh knop pintu. Terasa aroma asing di sekitar ku, sepertinya ada seseorang yang memasuki kamarku.
Perlahan namun pasti ku buka pintu.

CIEETTT..

Mataku membulat seketika, tampak sosok wanita yang membelakangiku berdiri di depan jendela. Dengan rambut panjangnya yang tergerai bebas. Dia mulai memalingkan wajahnya melihat ku.

“si-siapa kau?” tanyaku
 
Tobe continue

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar