Ku lihat di sudut lemariku seseorang
tengah meringkuk memegang kedua lututnya. Ku coba bangkit dari tempat tidur
tapi tidak bisa. Ku lihat bajuku yang berwarna putih hanya duduk tidak berbuat
apapun.
Ku lihat wanita itu berdiri, terlihat
jelas kalau dia itu sedang..
“menangis…”
Terlihat dua garis hitam lurus dari
kedua puluk matanya. Mungkin celaknya luntur, dia mengobrak-abrik lemariku dan
mengelurkan sebuah benda lurus memanjang. Itu kan…
“tali”
Untuk apa? Ku hanya diam seperti
biasa. Dia berteriak sama seperti wanita yang terjun semalam. Dia meronta-ronta
dan meminta tolong. Hey, aku tidak berbuat apa pun.
dia menarik kursi ku dan melilitkan
tali itu di atas tiang di dalam kamar ku. tunggu dulu kenapa sekarang aku
seperti..
“resale..”
Ku toleh wajahku kearah cermin..
DEG’
Aku… aku…
Dan..
BRRAAKK…
Kursi itu terjatuh dan terlihat jelas
pemandangan tepat dihadapanku. Tubuhku membeku, tanganku gemetar. Mataku
membulat.
Dia…
“gantung diri..”
Dengan posisi kepala memiring.
Lidahnya terlihat keluar dan kedua mata melotot melihat ku….
Dan aku….
“kembali..” ucapku saat aku
mengerjapkan kedua mataku .
Posisiku terduduk di lantai. dan
mencoba berlari kearah cermin, ku raba wajah dan seluruh tubuh. Ini…
“aku.. ini aku.. bukan resale..”
Ku ambil kembali kembali buku yang
tergeletak dilantai dan membukanya secara acak..
“3 february, 1658
Tubuhku mengambang di dasar sungai.
Aku terjun bebas dengan seorang pria yang berhasil membawa ku kabur dari
keluargaku.”
Ini seperti di air terjun itu…. ku
buka lagi lembar-lembar berikutnya..
“16 april, 1658
Saudari wanitaku terjun bebas dari
ruangan ayah…
Aku menjambaknya dan mendorongnya. Dia
meronta-ronta dan berteriak…”
Tunggu dulu…..
Bukankah saat itu aku tidak
berbuat apapun. Kenapa disini dia berinteraksi? Aku yakin saat itu aku hanya
diam saja. Tidak menyentuhnya sedikitpun.
“25 augt,1660
Ku simpul tari panjang ini. dan
mengaitkannya di ruangan ku…
Ku ambil sebuah balok dan
menghantamkannya ketubuh seorag wanita yang tengah tertidur pulas di ruang
tengah…
Ku tarik tubuhnya dan
menggantungkannya di sebuah tali yang
sudah ku siapkan….
Dia adalah saudariku…”
DEG’
Apa yang sebenarnya yang terjadi?
Kenapa yang ku lihat berbeda dari yang tertulis…
Ku buka acak lagi dan terhenti pada sebuah
lembar yang terhias indah….
“3 nov, 1658
Ku tata indah gaun putih ini…
Bunga-bunga disematkan di setiap
rambutku….
Ku lihat cincin yang mengkilau di
jemari manis ku…
Aku sudah menikah dan hidup bersama…
‘VIAN’ “
Ini belum ku lihat. sebenarnya apa yang
kau mau resale? Kenapa dari setiap tulisan terlihat kebohongan dari kenyataan?
Atau kenyataan itu yang berbohong? Apa sebenarnya yang mau kau tunjukkan
padaku?
“argghhhh” ku acak rambut
Kini ku coba berdiri dan meunujukkan
liontin itu di cermin…
“I do…” ucapku..
Kenapa aku bicara seperti itu? aku
kini menggunakan sebuah gaun putih dan.. hey, ini hari pernikahan
“resale”
Ku tatap pria disampingku. Dia tengah
tersenyum, aku .. aku bisa melihatnya.. tapi kenapa? Wajah ini.. wajah pria ini
begitu familiar untukku.
Kini kami berdua memasuki sebuah
ruangan dan ruangan ini ku ketahui sebagai kamar asramaku. Apa aku menempati
kamar mereka? Pria ini mulai mendekat dan terhenti tepat dihadapanku. Ada yang
aneh darinya. Dia berhenti tak bergerak sedikit pun. Dia mematung.
Ada apa dengannya?
Mulutnya…
Mengeluarkan..
“darah..”
Dia memandangku berulang kali. Dan
berakhir pada tubuhnya yang berjalan
mundur. Dia terjatuh berlutut dihadapanku.
“vi-vian”
Ku lihat kedua tangaku dan bajuku yang
berlumuran darah. Ada apa ini? apa yang kulakukan?
“re-resa-resale..” dia mengucapkan
sebuah nama…
Nama itu..
“resale” ucapnya lantang.
Tapi apa yang wanita ini lakukan. Dia
mendekat kearah pria tersebut dan mulai…
BUG’
Oh tuhan, apa yang wanita ini lakukan?
Dia menendang kepala pria ini sampai tersungkur. Apa wanita ini GILA …
Kini terlihat wanita ini mengambil
sebuah pisau dari dalam lemari dan terhenti pada sebuah cermin.. dia
menunjukkan kepada ku sebuah..
“senyuman”
Evil’
Dia membuka kasar ruangan ini dan
masuk kedalam ruangan ini. tapi kali ini ada yang berbeda, jika biasanya aku
berperan sebagai dirinya. Kali ini aku seperti seorang penonton yang dia
tinggalkan di luar sebuah ruangan dan hanya melihatnya masuk.
“kau.. di luar saja” ucapnya lembut
mendorong tubuhku di pintu.
di-dia.. bicara padaku…
ku lihat tubuhnya berbalik menghadapku
menutup pintu sambil menunjukkan sebuah seringaian yang tidak bisa ku artikan.
BRRAAKK..
Terdengar teriakan, jeritan kesakitan.
Dobrakan pintu dan pecahan-pecahan kaca di lantai…
CIIIEETTTTT,…
Dia kini mendekat padaku. Terhenti
tepat dihadapanku…
“kau..” ucapnya…
“resale” tanyaku
“akan seperti mereka” ucapnya
menyingkir dari hadapanku…
Dia berdiri tepat diebalakangku.
Memegang kedua bahuku…
Ruangan itu.. ruangan yang baru saja
dia masukin…
Seharusnya menjadi ruangan yang penuh
kenangan untuknya. Kenapa menjadi tempat..
“pembantaian”
Tobe continue..
0 komentar:
Posting Komentar